Lionel Messi dan Berita Autisme
“Tuhan menciptakan hambanya dengan kelebihan dan kekurangan”. Itu adalah kalimat yang sudah diterima oleh kebanyakan manusia di bumi. Semacam kodrat harafiah dari manusia. Tapi quote “Mencintai kekurangan dan menerima kelebihan” masih
agak sulit untuk diterima oleh akal pikiran karena manusia memiliki
standar atau batasan tersendiri mengenai kata “kekurangan”. Tidak usah
munafik, kita semua memiliki standar atau batasan tersendiri dalam
banyak hal. Entah itu dalam mencari pasangan hidup, karir, pemikiran
atau lainnya.
Saya sempat kaget ketika membaca sebuah berita yang
mengatakan jika Lionel Messi menderita autisme. Berita tersebut merujuk
kepada twit Romario di akun jejaring sosial Twitter yang mengatakan
jika “Apakah Anda tahu bahwa Messi memiliki sindrom asperger? Gejala
dari autisme, yang memberikan Anda sebuah anugerah berupa pemikiran dan
konsentrasi di atas normal. Newton dan Einstein juga memiliki level
autisme. Semoga Anda bisa menyukai mereka setiap hari dan dia
melanjutkan sepak bola indahnya”.
Apa itu sindrom asperger? Apakah penderitanya bisa hidup normal seperti kebanyakan orang?
Setelah salah satu admin @INDOBARCA_BDG
menjelaskan apa itu sindrom asperger, saya menjadi sedikit lebih tahu
mengenai keunikan sindrom asperger.
Sindrom asperger adalah adanya masalah
dalam perkembangan syaraf di otak. Hal ini menjadikan penyandang sindrom
ini menjadi lebih sensitif dalam hal pendengaran, penglihatan,
penciuman dan perasaan. Selain itu, penyandang sindrom asperger dianggap
memiliki ketertarikan intens (terlalu fokus) terhadap hal-hal yang
menarik bagi mereka. Beberapa penyandang sindrom ini memiliki
intelegensi yang tinggi sehingga tidak menjadi halangan bagi penyandang
untuk meraih penghargaan Nobel atau penghargaan pribadi yang prestisius.
Dengan kelebihan yang dimiliki oleh
penyandang sindrom asperger, ternyata ada kekurangannya yaitu kesulitan
dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Ada pula yang mengalami
kesulitan dalam membaca dan menulis.
Pernah mendengar quote “Every
disadvantage has its advantage”-nya Johan Cruyff? Opa Cruyff beranalogi
jika setiap kelemahan pasti memiliki kelebihan yang bisa dieksplor.
Quote tersebut seakan menjadi contoh nyata terhadap keputusan Pep
Guardiola yang menempatkan Messi sebagai pusat dari FC Barcelona.
Sebuah twit dari akun @RomarioOnze ini
bisa sedikit memberikan jawaban atas semua prestasi yang diraih oleh
Lionel Messi, termasuk kebiasaan atau perilaku sosialnya. Jangan salah,
ada study terhadap pesepakbola yang menyatakan jika beberapa pesepakbola
memiliki kemampuan otak yang luar biasa. Dalam tabloid FourFourTwo
edisi tahun 2011 dikatakan jika Wayne Rooney adalah salah satu
pesepakbola yang memiliki kemampuan pemetaan yang cukup luar biasa. Saya
pribadi pun tidak akan kaget jika seandainya kemampuan ini dimiliki
oleh Xavi Hernandez.
Apakah twit Romario tersebut memang
sebuah kenyataan jika Lionel Messi penyandang sindrom autis asperger?
Belum ada study yang menyatakan jika Lionel Messi mengidap sindrom
asperger atau sindrom lainnya. Berita ini sudah ada dari 2 tahun lalu
dan tidak ada bukti konkret jika Messi mengidap autisme. Yang ada
hanyalah pemberitaan miring El Confidencial mengenai
Lionel Messi di lapangan dan training ground yang seperti penderita
autisme dan terkesan “menindas” rekan-rekan tim utama. Pemberitaan El
Confidencial yang katanya “menindas” rekan satu tim Messi di Barca ini
berdasarkan cerita Alejandro Grimaldo dan Gerard Deulofeu kepada rekan-rekan timnas Spanyol U19 musim panas lalu.
Terlepas dari kebenaran autisme Lionel
Messi atau perilaku buruk Messi kepada rekan satu tim, harus saya akui
jika Lionel Messi sebagai pesepakbola yang fantastis meski terkesan
terlalu sentris di Barca. Oh ya, sebaiknya penggunaan kata autisme
dengan maksud memperolok dihindari karena terkesan merendahkan. Bukan
kah kita yang “normal” harusnya bisa menunjukan bahwa kita “normal”
dengan bersikap dewasa? [rm | foto: google]
No comments:
Post a Comment